Analisis Saham MYOR Q3 2025: Apakah Masih Layak Dibeli di Tengah Persaingan Ketat?
5 mins

Mengupas tuntas kinerja, valuasi, dan prospek saham MYOR di tahun 2025. Analisis mendalam fundamental, teknikal, dan strategi investasi untuk menghadapi tantangan di industri makanan dan minuman Indonesia yang semakin kompetitif.

Disclaimer:

Analisis ini bukan nasihat investasi. Saham berisiko tinggi—lakukan riset mandiri (DYOR - Do Your Own Research) dan konsultasi dengan penasihat keuangan berlisensi sebelum mengambil keputusan. Hasil masa lalu tidak menjamin kinerja masa depan.

Analisis Saham MYOR (Mayora Indah) 2025h1

Defensif gaya consumer, napas panjang, dan dividen yang rapi.

Mayora itu unik. Jarang nongol di headline “saham panas harian”, tapi diam-diam produknya nongkrong di dapur, di kantor, di rak warung, bahkan di koper TKI. Dari kopi instan, biskuit, wafer, sampai permen — brand mereka sudah jadi habits.

Pertanyaannya: apakah sahamnya masih menarik di harga sekitar Rp2.380 per 2 Nov 2025 ini?
Jawabannya: iya, tapi harus tahu cara makannya. Ini bukan saham yang dikejar karena EPS “meledak” dalam seminggu, tapi karena konsistensi.

Mari kita bongkar pelan-pelan.


1. Ringkasan Angka Utama (berdasar screenshot)h2

  • Harga sekarang: ± Rp2.380
  • Market cap: Rp47,6 triliun
  • Pendapatan (TTM): Rp37,59 triliun
  • Laba bersih (TTM): Rp2,834 triliun
  • PER (TTM): 16,80×
  • PER annualised: 19,31×
  • PBV: 1,21× (book value per share Rp773,71)
  • Dividend TTM: Rp55 / saham
  • Dividend yield: ±2,58%
  • Payout ratio: ±50%
  • Current ratio: 2,96× → likuid
  • Free cash flow (TTM): Rp1,218 triliun
  • Utang berbunga: Rp8,89 triliun, kas Rp4,49 triliunnet debt Rp4,39 triliun

Angkanya rapi. Tidak ada yang teriak risiko akut.


2. Kinerja Operasional: Nggak Ngacir, tapi Stabilh2

Kalau kamu terbiasa lihat emiten komoditas yang pendapatannya bisa lompat 80% dalam setahun, MYOR memang kelihatan “kalem”.
Dari data:

  • Revenue growth YoY: –0,59% → nyaris flat
  • Gross profit growth: +3,08%
  • Net income growth: +129,33%

Kok laba bisa melonjak 129% padahal penjualan stagnan? Biasanya ini efek kombinasi:

  1. perbaikan product mix (jualan produk margin lebih tebal),
  2. kontrol biaya lebih ketat,
  3. ada penurunan beban tertentu / kurs lebih bersahabat,
  4. utilisasi pabrik lebih efisien.

Gross margin di 21,2% dan operating margin 9,1% untuk bisnis FMCG di Indonesia itu tergolong sehat. Bukan paling tinggi, tapi bagus untuk perusahaan yang distribusinya luas dan masih ekspor.

Pertanyaan retoris: kalau penjualan saja lagi flat tapi labanya bisa naik segitu, gimana kalau ekonomi/consumption cycle lagi up?
Itu yang bikin MYOR menarik: dia bisa “hidup” di fase datar.


3. Valuasi: Tidak Murah Banget, Tapi Wajar untuk Consumer Winnerh2

Di harga Rp2.380 dan PER 16–17×, MYOR nggak bisa dibilang murah pisan, tapi masuk akal kalau kita taruh dia di keranjang “quality consumer”.

Perbandingan kasarnya:

  • consumer defensif bagus di Indonesia umumnya diperdagangkan di PER 15–25×
  • MYOR ada di sisi bawah-menengah rentang itu
  • PBV 1,21× → jarang ada consumer besar dengan PBV terlampau rendah, artinya pasar tetap menghargai ekuitasnya

Jadi, valuasi MYOR sekarang lebih ke “fair to slightly attractive” — bukan diskon panik, tapi cukup buat akumulasi bertahap apalagi kalau kamu butuh saham yang bisa dipegang 3–5 tahun.


4. Dividen: Rapi, Bisa Diandalkanh2

MYOR sudah bertahun-tahun bagi dividen. Di data terbaru:

  • Dividen 2024: Rp55 (ex-date 19 Jun 2025, bayar 10 Jul 2025)
  • Dividend yield: ±2,58%
  • Payout ratio: ±49,9%

Artinya perusahaan serius jaga balance: setengahnya dibagi, setengahnya ditahan buat ekspansi / peremajaan mesin / modal kerja.
Untuk investor yang suka saham consumer karena dividen, MYOR ini tipikal “boleh disimpan di RDN, dipanen tiap tahun”.


5. Neraca dan Cashflow: Ini yang Bikin Tenangh2

Banyak orang lupa cek bagian ini.

  • Current ratio 2,96× dan quick ratio 1,88×very comfortable
  • Free cash flow positif Rp1,2 T → ini bukan perusahaan yang harus hutang gede cuma buat beroperasi
  • Altman Z-Score 6,88 → jauh di atas zona waspada

Jadi, kalau terjadi perlambatan ekonomi, MYOR tidak gampang kecekik. Consumer dengan brand kuat + distribusi nasional + cashflow positif = saham yang enak diparkir.


6. Profitability & Efficiencyh2

  • ROE: 16,38%
  • ROA: 9,23%
  • ROCE: 15,48%

Untuk perusahaan consumer yang asetnya sudah besar (total aset Rp30,7 T), ROE 16% itu bagus.
Artinya modal yang sudah tertanam masih diputar dengan baik. Bukan tipe perusahaan “sudah besar ➜ lantas tumpul”.


7. Price Action: Lagi di Zona Menarikh2

Dari panel price performance:

  • 6M: +23,83%
  • YTD: +23,83%
  • 1Y: –14,80%
  • 3Y: –7,39%
  • 5Y: (8,97%)

Artinya apa?

  1. Dalam jangka sangat pendek menengah (6M – YTD), saham ini sudah rebound.
  2. Tapi dalam horizon 1–5 tahun, harga belum kembali ke area puncak → masih ada ruang normalisasi kalau ke depannya pertumbuhan penjualan balik di atas 5%.

Kesimpulan teknikal sederhana: yang masuk sekarang bukan beli di pucuk historis.


8. Proyeksi Kasar (bukan DCF rumit)h2

Kita pakai asumsi konservatif:

  • revenue tumbuh 5% per tahun (lebih tinggi sedikit dari –0,59% sekarang, asumsi konsumsi membaik)
  • net margin dijaga di kisaran 7–8%
  • PER wajar MYOR 15–18×

Dengan laba sekarang Rp2,834 T, kalau tumbuh 5–7% saja, laba 2–3 tahun ke depan bakal lari ke Rp3,0–3,3 T.
Kalau pasar masih kasih PER 16×:

  • Target konservatif 12–18 bulan:
    EPS TTM sekarang ≈ Rp126,77
    Kalau EPS naik ke Rp135–140,
    harga wajar = 16 × 135 ≈ Rp2.160 s/d 16 × 140 ≈ Rp2.240

Tapi… harga pasar sekarang sudah Rp2.380. Artinya pasar sudah mem-price in perbaikan kinerja.

Jadi pendekatan yang lebih cocok:

  • Akumulasi di bawah Rp2.200
  • Hold di Rp2.200–2.500
  • Re-evaluate di atas Rp2.700 (harus lihat lagi pertumbuhan ekspor dan rupiah)

9. Risiko yang Perlu Diingath2

  1. Pertumbuhan penjualan lagi datar (–0,59% YoY). Kalau ini berlanjut 2–3 kuartal, pasar bisa turunkan multiple.
  2. Biaya bahan baku & kurs — MYOR ekspor banyak, tapi juga impor bahan baku. Fluktuasi USD bisa makan margin.
  3. Persaingan FMCG makin padat — pemain lokal dan private label makin agresif.
  4. Free float cuma 15% → kadang pergerakan harga bisa tidak terlalu likuid dibanding saham consumer lain.

10. Jadi… Layak Dibeli?h2

Kalau kamu cari:

  • perusahaan consumer mapan,
  • punya dividen rutin,
  • neraca kuat,
  • bisnisnya dipakai semua kalangan,
  • dan nggak keberatan growth-nya 5–8% saja,

👉 MYOR layak masuk watchlist / core consumer holding.

Kalau kamu cari:

  • multi-bagger 1–2 tahun,
  • EPS melonjak 50%,
  • atau saham “gorengan manis”,

👉 MYOR bukan itu.


11. Narasi Investasi yang Bisa Dipakaih2

  • Universe: consumer staples, ekspor makanan/minuman, emiten dividen stabil
  • Entry zone: < Rp2.200
  • Base case target 12–18 bulan: Rp2.600–2.800 (PER 17–18× dengan asumsi penjualan mulai tumbuh)
  • Skenario bull: kalau ada katalis ekspor besar / penguatan brand global → bisa ke Rp3.000 (di data 10Y, harga histori pernah di atas 3.000, jadi level ini visible, bukan angan-angan)

Penutuph2

Saham consumer bagus itu mirip usaha warung yang laris: kelihatannya nggak spektakuler, tapi tiap hari ada saja uang masuk. MYOR sekarang lagi ada di fase “ngatur ritme”: jaga margin, bagi dividen, pelan-pelan naikkan top line. Kalau kamu tipe investor yang suka steady grower dengan risiko terukur, MYOR pantas dipertimbangkan sebagai bagian dari portofolio jangka panjangmu. Terima kasih sudah membaca analisis ini!

Comments

Posts recommended based on similar topics and analysis focus