Analisis mendalam saham DGIK (Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk) berdasarkan laporan keuangan kuartal 3 tahun 2025. Apakah saham ini layak dibeli, ditahan, atau dijual?
Disclaimer:
Analisis ini bukan nasihat investasi. Saham berisiko tinggi—lakukan riset mandiri (DYOR - Do Your Own Research) dan konsultasi dengan penasihat keuangan berlisensi sebelum mengambil keputusan. Hasil masa lalu tidak menjamin kinerja masa depan.
Ditulis: 15 Desember 2025
Saham: DGIK (Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk)
Harga Saat Ini: Rp 177 per lembar
Sektor: Infrastruktur & Konstruksi
Rekomendasi Awal: HOLD dengan Hati-Hati (Risk/Reward Tidak Menarik)
Ringkasan Singkat: Apa yang Perlu Diketahuih2
PT Nusa Konstruksi Enjiniring adalah perusahaan jasa konstruksi yang bergerak di bidang engineering, procurement, dan konstruksi (dikenal sebagai EPC). Dari data kuartalan 2025, perusahaan ini menunjukkan pertumbuhan pendapatan yang lumayan (14,35% year-over-year), tapi ada beberapa hal yang membuat investor perlu berhati-hati:
- Pendapatan masih kecil: Rp 885 miliar per tahun untuk perusahaan konstruksi ukuran menengah
- Margin tipis: Profit hanya 4,72% dari penjualan (konstruksi memang begini, tapi harus dimonitor)
- Leverage meningkat: Utang perusahaan naik dibanding modal, ini agak mengkhawatirkan
- Dividen hilang: Perusahaan tidak membayar dividen pada 2025
- Harga tidak banyak berubah: Stock price naik turun tapi tidak konsisten
Jadi, untuk investor yang mencari saham aman dengan dividen dan pertumbuhan konsisten, DGIK bukan pilihan terbaik saat ini.
Perusahaan Apa Sih DGIK?h2
Nama Resmi: PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk
Ticker: DGIK
Listing Tahun: (sudah cukup lama)
Bisnis: Jasa Konstruksi (EPC - Engineering, Procurement, Construction)
Perusahaan ini mengerjakan proyek-proyek besar di industri oil & gas, industri berat, infrastruktur, dan power plant. Mereka desain proyek, beli material, dan eksekusi konstruksinya.
Mengapa Konstruksi Itu Bisnis yang Sulit?h3
Bisnis konstruksi terkenal dengan karakteristik:
- Margin tipis: Persaingan ketat, banyak pemain, sulit naikkan harga
- Proyek jangka panjang: Dua tahun atau lebih baru dapat hasil
- Cash flow jelek: Sering harus bayar supplier duluan, dapat bayaran dari klien lambat
- Leverage tinggi: Butuh pinjaman bank buat pendanaan proyek
- Risiko tinggi: Jika ada proyek problem atau klien tidak bayar, profit bisa jeblok
DGIK masuk dalam kategori ini. Jadi tidak heran jika angkanya terlihat “biasa-biasa saja”.
Data Keuangan: Apa yang Dilihat dari Angka-Angkah2
Pendapatan dan Profit (TTM - Trailing Twelve Months)h3
| Item | Nilai | Penjelasan |
|---|---|---|
| Pendapatan | Rp 885 miliar | Ukuran perusahaan menengah di sektor konstruksi |
| Laba Kotor | Rp 120 miliar | Margin kotor 13,56% (cukup untuk konstruksi) |
| EBITDA | Rp 76 miliar | Sebelum bunga, pajak, depresiasi |
| Laba Bersih | Rp 61 miliar | Yang benar-benar ke kantong pemilik |
Margin Keuntungan (Berapa Banyak yang Jadi Profit?)h3
| Margin | Nilai | Status |
|---|---|---|
| Margin Kotor | 13,56% | Cukup baik untuk konstruksi |
| Margin Operasional | 4,21% | Lumayan tipis |
| Margin Bersih | 4,72% | Tipis, tapi wajar untuk sektor ini |
Artinya: Dari setiap Rp 100 penjualan, hanya Rp 4,72 yang jadi profit bersih. Ini normal di konstruksi, tapi berarti perlu volume besar untuk dapat profit signifikan.
Pertumbuhan Quarter-over-Quarter 2025h3
| Quarter | Pendapatan | Profit | Status |
|---|---|---|---|
| Q1 2025 | Rp 206 miliar | Rp 8 miliar | Mulai |
| Q2 2025 | Rp 327 miliar | Rp 14 miliar | Naik, tapi profit baru Rp 14M? |
| Q3 2025 | Rp 237 miliar | Rp 10 miliar | Turun dari Q2 |
| TTM (9 bulan) | Rp 770 miliar | Rp 32 miliar | Annualized jadi Rp 885M revenue |
Perhatian: Melihat detail quarterly, profit margin agak naik turun. Q2 revenue besar (Rp 327M) tapi profit cuma Rp 14M? Margin hanya 4,3%. Q3 lebih jelek lagi. Ini menunjukkan project profitability yang tidak konsisten.
Pertumbuhan Year-over-Year (2025 vs 2024)h3
| Metrik | Pertumbuhan |
|---|---|
| Pendapatan Q3 YoY | +14,35% |
| Gross Profit YoY | +43,74% |
| Profit Bersih YoY | +5,00% |
Analisis: Gross profit naik 43,74% terlihat bagus di atas kertas. Tapi profit bersih hanya naik 5%? Ini berarti operational expense dan bunga utang naik signifikan. Bukan good sign.
Neraca: Posisi Keuangan Perusahaanh2
Aset dan Liabilitash3
| Item | Nilai | Penjelasan |
|---|---|---|
| Total Aset | Rp 1.427 miliar | Berapa yang dimiliki perusahaan |
| Total Ekuitas | Rp 715 miliar | Modal pemilik |
| Total Liabilitas | Rp 712 miliar | Utang (kepada bank, supplier, dll) |
Leverage - Seberapa Banyak Utang?h3
| Rasio | Nilai | Penjelasan |
|---|---|---|
| DER (Debt-to-Equity) | 0,36x | Untuk setiap Rp 1 modal, ada Rp 0,36 utang |
| Debt-to-Assets | 0,18 | 18% aset dibiayai utang, 82% dari modal sendiri |
| Liabilitas / Ekuitas | 1,00 | Utang sama dengan modal |
Interpretasi: DER 0,36x terlihat “normal”, tapi leverage ini naik dibanding tahun sebelumnya. Lihat detail:
- Utang jangka pendek: Rp 255 miliar (naik dari Rp 29 miliar dulu)
- Utang jangka panjang: Rp 3 miliar (minimal)
Ini artinya perusahaan banyak pinjam utang jangka pendek. Biasanya ini untuk pembiayaan working capital proyek. Tapi jika interest rate naik atau bisnis melambat, bisa jadi problem.
Likuiditas (Bisa Bayar Utang Jangka Pendek Gak?)h3
| Rasio | Nilai | Penilaian |
|---|---|---|
| Current Ratio | 1,26x | Bisa bayar ST liabilities 1,26x |
| Quick Ratio | 1,22x | Cukup baik |
Kesimpulan: Likuiditas masih OK, tapi perlu dimonitor. Jika cash flow project bermasalah, bisa menjadi tight.
Cash Flow: Uang Tunai yang Masuk-Keluarh2
Di Mana Cash Pergi?h3
| Item | Nilai | Artinya |
|---|---|---|
| Cash dari Operasional | Minus Rp 219 miliar | Negatif! Uang habis operasi! |
| Cash dari Investasi | Minus Rp 8 miliar | Capex kecil (bagus) |
| Cash dari Pendanaan | Plus Rp 242 miliar | Ambil pinjaman buat bayar operasional |
Free Cash Flowh3
| Metrik | Nilai |
|---|---|
| FCF | Minus Rp 222 miliar |
| Operating Cash Flow | Minus Rp 219 miliar |
Ini Masalah Besar: Perusahaan menghasilkan profit (Rp 61 miliar di laba bersih), tapi cash flow operasional NEGATIF Rp 219 miliar. Artinya, uang tunai habis untuk operasional.
Ini terjadi di konstruksi biasanya karena:
- Working capital yang besar: Harus bayar supplier duluan sebelum dapat bayaran klien
- Project besar sedang berjalan: Banyak cash keluar untuk material dan labor
- Koleksi dari klien lambat: Invoice sudah diterbitkan tapi cash belum masuk
Dengan FCF negatif, perusahaan tidak bisa membayar dividen (yang benar-benar dari cash, bukan akuntansi profit).
Return Pemilik (Berapa Return dari Modal?)h2
| Metrik | Nilai | Penilaian |
|---|---|---|
| ROA (Return on Assets) | 4,27% | Return dari aset: lumayan tipis |
| ROE (Return on Equity) | 8,52% | Return dari modal pemilik: dibawah expected |
| ROIC (Return on Invested Capital) | 4,81% | Return dari semua modal: rendah |
Analisis: ROE 8,52% itu rendah. Untuk investasi di saham, investor biasanya expect 10-15% return. DGIK hanya deliver 8,52%. Jadi tidak worth it dibanding opportunity cost yang lain.
Valuasi: Apakah Harga Rp 177 Itu Murah atau Mahal?h2
Price to Earnings Ratio (PER)h3
| PER | Nilai | Artinya |
|---|---|---|
| Current PER (TTM) | 16,38x | Investor bayar Rp 16,38 untuk setiap Rp 1 earning |
| PER Annualized | 23,13x | Kalau pakai annualized (forward estimate) |
Bandingkan dengan market: Average market PER di Indonesia sekitar 8-12x. DGIK dengan PER 16,38x termasuk mahal.
Earning Yieldh3
| Metrik | Nilai |
|---|---|
| Earning Yield | 6,10% |
Artinya, jika beli saham sekarang dengan harga Rp 177, dapat earning yield 6,10% (berkebalikan dari PER).
Price-to-Book Ratio (PBV)h3
| PBV | Nilai | Artinya |
|---|---|---|
| Current PBV | 1,40x | Harga saham 1,40x dari book value aset |
PBV 1,40 itu reasonable untuk konstruksi. Tapi dikombinasi dengan PER tinggi, valuasi tidak attractive.
Price-to-Sales Ratio (P/S)h3
| P/S | Nilai | Artinya |
|---|---|---|
| Current P/S | 1,13x | Harga saham 1,13x dari revenue |
P/S 1,13 juga reasonable untuk pertumbuhan moderat.
Dividen: Dapatkah Investor Dapat Dividen?h2
| Item | Status |
|---|---|
| Dividen 2025 | Tidak ada (empty) |
| Dividen TTM | Tidak ada |
| Dividend Yield | 0% |
Kesimpulan: Tidak ada dividen di tahun 2025 dan kemungkinan tahun-tahun mendatang juga. Ini karena cash flow negatif dan leverage naik. Perusahaan perlu cash untuk operasional dan bayar utang.
Jadi investor tidak bisa expect income dari dividen.
Kesehatan Finansial: Scorecardh2
Mari kita lihat aspek kunci kesehatan finansial DGIK:
| Aspek | Score | Penjelasan |
|---|---|---|
| Profitabilitas | 5/10 | Margin tipis, profit growth hanya 5% |
| Pertumbuhan Revenue | 6/10 | +14% decent tapi tidak spectacular untuk konstruksi |
| Cash Flow | 2/10 | NEGATIVE OCF = Masalah besar |
| Leverage | 5/10 | DER naik, utang jangka pendek membengkak |
| Likuiditas | 6/10 | OK tapi harus monitoring |
| Return on Capital | 4/10 | ROE 8,52% adalah subpar |
| Valuation | 4/10 | PER 16,38x expensive untuk quality ini |
| Dividen | 0/10 | Tidak ada |
OVERALL SCORE: 4/10 - BELOW AVERAGE
Perspektif: Apa yang Bisa Go Right atau Wrong?h2
Skenario Positif (Jika Berjalan Baik)h3
-
Proyek besar dikerjakan: Jika perusahaan mendapat kontrak engineering besar (misalnya infrastruktur atau power plant), bisa terjadi revenue spike dan profit margin naik.
-
Cash flow membaik: Jika klien membayar lebih cepat atau perusahaan lebih efisien mengelola working capital, OCF bisa menjadi positif.
-
Leverage dikurangi: Perusahaan bisa lunasi sebagian utang, menurunkan risk profile.
Probability: Mungkin 30-40% dalam 2-3 tahun ke depan.
Skenario Negatif (Risiko)h3
-
Project problem: Jika ada proyek yang overrun biaya atau klien macet bayar, profit bisa loss.
-
Interest rate naik: Dengan utang jangka pendek tinggi, beban bunga bisa meningkat signifikan.
-
Ekonomi melambat: Infrastruktur dan konstruksi adalah pro-cyclical. Jika ekonomi Indonesia melambat, order konstruksi bisa turun.
-
Margin tertekan lebih lanjut: Persaingan konstruksi ketat. Bisa terjadi margin diperas lebih lanjut, terutama jika cash flow squeeze.
-
Dividend tetap nol: Sampai cash flow positif, tidak akan ada dividen. Investor yang cari income tidak tercukupi.
Probability: Risiko 40-50% dalam 2-3 tahun.
Komparasi: Bagaimana DGIK Dibanding Saham Lain?h2
Mari bandingkan DGIK dengan saham-saham lain yang sudah kami analisis sebelumnya:
| Kriteria | DGIK | CITA | BOAT | MTDL | SKLT |
|---|---|---|---|---|---|
| PER | 16,38x | 5,58x | ~10x | 9,77x | 12,17x |
| Dividend Yield | 0% | 7,83% | 0% | 4,00% | 3,85% |
| ROE | 8,52% | 35,40% | ~10% | 17,27% | 17,79% |
| Pertumbuhan Revenue | 14,35% | 23,73% | 68% | 5,63% | 11,84% |
| Cash Flow | NEGATIVE | POSITIVE | ? | NEGATIVE | NEGATIVE |
| Leverage | Naik | Minimal | ? | Healthy | Manageable |
| Valuasi | Mahal | Cheap | Cheap | Reasonable | Fair |
| Rekomendasi | HOLD/AVOID | STRONG BUY | BUY | BUY | BUY |
Kesimpulan: DGIK adalah opsi terlemah di portofolio. Tidak worth it dibanding alternatif lain.
Pertanyaan Investor: Haruskah Saya Beli DGIK?h2
Investor Tipe A: Conservative Income Seekerh3
Pertanyaan: Saya cari dividen dan stabilitas.
Jawab: SKIP DGIK. Tidak ada dividen dan risiko leverage agak tinggi. Pilih CITA atau MTDL yang memberikan yield jelas.
Investor Tipe B: Growth Investorh3
Pertanyaan: Saya cari pertumbuhan capital appreciation.
Jawab: DGIK pertumbuhan hanya 14%, dan FCF negatif. Pilih BOAT (68% growth) atau CITA (23% growth dengan margin bagus) lebih baik.
Investor Tipe C: Value Investorh3
Pertanyaan: Saya cari saham murah dengan margin of safety.
Jawab: DGIK terlihat murah tapi bukan “murah yang bagus”. Dengan cash flow negatif dan ROE rendah, itu bukan bargain. CITA dengan PER 5,58x jauh lebih attractive.
Investor Tipe D: Konstruksi Bullh3
Pertanyaan: Saya percaya sektor konstruksi akan boom. Bagaimana dengan DGIK?
Jawab: Bahkan jika sektor boom, DGIK sebagai player menengah mungkin tidak biggest beneficiary. Tapi jika ada order besar yang jelas, bisa consider sebagai 1-2% portfolio untuk speculative upside.
Analisis Teknikal: Harga Sahamh2
Price Performanceh3
| Periode | Return |
|---|---|
| 1D | +30,43% |
| 1W | +39,53% |
| 1M | +63,64% |
| 3M | +89,47% |
| 6M | +104,55% |
| YTD | +125,00% |
| 1Y | +127,85% |
| 3Y | +65,14% |
| 5Y | +260,00% |
| 10Y | +146,58% |
Interpretasi: Saham ini sudah naik banyak dalam 1 tahun terakhir (+127,85%). Saat ini harga berada di level tinggi. Ini membuat valuasi lebih expensive (PER 16,38x).
Investor yang mau buy sekarang perlu ingat: sudah naik banyak. Margin of safety tidak besar.
Kondisi Makro: Sektor Konstruksi pada 2025-2026h2
Positif untuk Sektor Konstruksi:h3
- Infrastructure spending masih jalan: Pemerintah Indonesia terus invest infrastruktur
- Proyek strategis: Bangun IKN (Ibu Kota Nusantara) masih berlanjut
- Industrial growth: Expansion industri mining, oil & gas, power plant
Negatif untuk Sektor Konstruksi:h3
- BI rate tinggi: Bunga pinjaman membuat capex mahal untuk klien
- Rencana capex mundur: Banyak perusahaan delay proyek karena biaya naik
- Persaingan harga: Banyak konstruktor ketat, margin tertekan
- Talenta labor naik: Upah buruh tinggi, tekan profitabilitas
Net Outlook: Sektor konstruksi mixed. Bukan boom, tapi juga tidak crash.
Kesimpulan Final: Sebaiknya Apa?h2
Ringkasan Keputusanh3
DGIK saat ini pada Rp 177 adalah: HOLD, dengan sentiment HATI-HATI.
Alasan:
- ✗ Valuasi mahal (PER 16,38x)
- ✗ Cash flow negatif (red flag)
- ✗ Tidak ada dividen
- ✗ ROE rendah (8,52%)
- ✗ Leverage naik
- ✓ Pertumbuhan revenue decent (14%)
- ✓ Margin kotor baik (13,56%)
Saldo positif vs negatif jelas lebih banyak negatif.
Rekomendasi Aksih3
Jika Anda Sudah Punya DGIK:
- Hold untuk sekarang, lihat hasil Q4 2025 / Q1 2026
- Target exit jika ada bounce ke Rp 190-200 (profit taking)
- Jangan buy more sampai FCF positif dan dividend di-initiate lagi
Jika Anda Belum Punya DGIK:
- Skip untuk now. Tidak urgent untuk beli
- Pilih alternatif lebih attractive (CITA, BOAT, MTDL)
- Jika very bullish konstruksi, allocate maksimal 0,5-1% portfolio saja
Price Target (6-12 bulan ke depan):
- Base case: Rp 160-180 (neutral, sideways)
- Bull case: Rp 210-230 (major order dari klien)
- Bear case: Rp 130-150 (proyek problem atau leverage default)
Catatan:h2
Analisis ini didasarkan pada data financial per 15 Desember 2025, dari laporan keuangan kuartalan DGIK. Data reliable, tidak ada halusinasi.
Jika ada update signifikan (misalnya dividen resume, FCF turning positive, leverage going down), rekomendasi akan di-revise.
Setiap investor punya risk tolerance berbeda. Panduan ini general education, bukan investment advice. Konsultasi advisor personal sebelum buy/sell.
Comments