Analisis Saham MINA (Sanurhasta Mitra Tbk) Per Q3 November 2025
5 mins

Analisis mendalam saham MINA (PT Sanurhasta Mitra Tbk) per kuartal ketiga 2025, mencakup profil bisnis, kinerja keuangan, valuasi, risiko, dan rekomendasi investasi.

Disclaimer:

Analisis ini bukan nasihat investasi. Saham berisiko tinggi—lakukan riset mandiri (DYOR - Do Your Own Research) dan konsultasi dengan penasihat keuangan berlisensi sebelum mengambil keputusan. Hasil masa lalu tidak menjamin kinerja masa depan.

Kode Saham: MINA
Nama Perusahaan: PT Sanurhasta Mitra Tbk
Sektor: Konsumer Non-Primer – Properti & Perhotelan
Harga Terbaru: Rp 276/saham
Rating: ⚠️ SANGAT SPEKULATIF – AVOID untuk investor fundamental ⚠️


1. RINGKASAN SINGKATh2

MINA adalah perusahaan kecil di bidang properti & perhotelan (resor/villa di Bali + proyek perumahan di Boyolali). Kinerjanya saat ini:

  • Masih RUGI: rugi bersih TTM sekitar Rp 7 miliar.
  • PER negatif: PER TTM -387x → artinya secara laba tidak layak dinilai dengan PER.
  • PBV sangat mahal: 10,34x book value → harga >10x nilai bukunya.
  • Arus kas operasi NEGATIF: CFO TTM -Rp 2 miliar.
  • Bisnis masih kecil sekali: Revenue TTM hanya Rp 10 miliar, tapi market cap > Rp 2,7 triliun.
  • Harga sudah naik +590% dalam 5 tahun dan +487% YTD → jelas ada unsur gorengan/spekulasi.

Intinya:

  • Dari sisi fundamental murni, MINA tidak layak untuk investasi jangka panjang.
  • Jika tetap mau masuk, itu lebih dekat ke trading spekulatif, bukan investasi.

2. PROFIL BISNISh2

PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA) bergerak di:

  • Pengembangan properti & perhotelan:
    • Pemilik dan pengembang lahan di Umalas & Sanur (Bali).
    • Menguasai mayoritas PT Minna Padi Resorts (resor “The Santai” di Seminyak/Umalas).
    • Melalui entitas afiliasi Sanurhasta Griya, mengembangkan perumahan subsidi (FLPP) di Boyolali, Jawa Tengah.

Karakteristik bisnis:

  • Aset berat (land bank, bangunan), pendapatan kecil.
  • Sensitif terhadap pariwisata (turis) dan siklus properti.
  • Butuh waktu lama untuk monetesasi lahan.

3. KINERJA KEUANGANh2

3.1 Income Statement (TTM)h3

  • Pendapatan (Revenue):Rp 10 miliar
  • Laba kotor:Rp 6 miliar
  • EBITDA: -Rp 3 miliar (rugi operasi)
  • Laba bersih (TTM): -Rp 7 miliar (masih rugi)

Pertumbuhan YoY (Quarter):

  • Revenue QoQ YoY: +36,76% (tumbuh dari basis kecil).
  • Gross profit YoY: +28,34%.
  • Net income YoY: -350,6%rugi membengkak dibanding tahun lalu.

Kesimpulan:

  • Pendapatan memang naik, tapi tetap kecil sekali.
  • Biaya dan beban masih jauh lebih besar ⇒ hasil akhirnya rugi.

3.2 Profitabilitash3

Quarter terakhir (annualized):

  • Gross margin: 67,68% (tinggi, wajar karena model bisnis properti/hotel).
  • Operating margin: -75,18% (sangat buruk).
  • Net margin: -52,25%.

Return metrics TTM:

  • ROA: -2,67% (menggerus aset).
  • ROE: -2,81% (menggerus ekuitas).
  • ROCE: -4,04%.

Artinya:

  • MINA tidak menghasilkan return atas modal pemegang saham.
  • Selama masih rugi, secara fundamental tidak ada value creation.

4. NERACA & LEVERAGEh2

4.1 Posisi Neraca (Quarter)h3

  • Total aset:Rp 264 miliar.
  • Total ekuitas:Rp 252 miliar.
  • Total liabilitas:Rp 11 miliar (sangat kecil).
  • Total utang berbunga:Rp 11 miliar.
  • Kas:Rp 163 miliar (cukup besar).

4.2 Rasio Solvabilitash3

  • Debt to Equity: 0,05xutang nyaris tidak ada, ini sisi positif.
  • Total Debt / Total Assets: 0,05x.
  • Current Ratio: 25,07x.
  • Quick Ratio: 21,86x.
  • Altman Z (Modified): 240,04 (model tampak tidak relevan di sini karena struktur aset unik, tapi jelas jauh dari distress).

Interpretasi:

  • Tidak ada risiko kebangkrutan jangka pendek: kas besar, utang sangat kecil.
  • Masalah utama: bukan leverage, tapi profitabilitas & valuasi.

5. ARUS KAS (TTM)h2

  • Cash From Operations (CFO): -Rp 2 miliar → operasi masih membakar cash.
  • Cash From Investing (CFI): 0 (tidak banyak aktivitas investasi baru).
  • Cash From Financing (CFF): +Rp 164 miliar (ada masuk dana dari pembiayaan – kemungkinan right issue / setoran modal / pinjaman).
  • Free Cash Flow (FCF): -Rp 2 miliar.

Artinya:

  • Bisnis inti sendiri belum menghasilkan cash – justru memakai kas.
  • Kas besar di neraca bukan hasil laba operasi, tetapi hasil pendanaan (modal/utang).

6. VALUASI – SANGAT TIDAK MASUK AKALh2

6.1 Rasio Valuasi Utamah3

  • Harga: Rp 276
  • EPS TTM: -Rp 0,72 (rugi).
  • PER TTM: -387,63x (tidak meaningful karena rugi).
  • Book Value per Share: Rp 26,68.
  • PBV: ≈ 10,34x.

Implikasi PBV 10x:

  • Investor membayar 10 kali lipat nilai buku aset perusahaan, padahal perusahaannya masih rugi.
  • Untuk ukuran emiten kecil dengan rugi berkelanjutan, PBV > 10x → sangat mahal / bubble.

6.2 Skala Bisnis vs Market Caph3

  • Revenue TTM: Rp 10 miliar.
  • Market Cap:Rp 2,7 triliun.
  • Price to Sales (P/S): ≈ 270x.

Perbandingan:

  • Perusahaan bagus biasanya P/S 1–5x.
  • Tech growth story ekstrem kadang 10–15x.
  • 270x = level gorengan ekstrem.

Kesimpulan:

  • Secara valuasi, MINA lebih mirip “shell” dengan cerita aset/lahan daripada emiten dengan fundamental wajar.
  • Investor yang masuk di harga sekarang sangat mengandalkan spekulasi harga, bukan kinerja keuangan.

7. PRICE ACTION & SENTIMEN PASARh2

Dari panel Price Performance:

  • YTD: +487,23%
  • 1Y: +1.155%
  • 3Y: +590%
  • 5Y: +590%

Ini pola multibagger karena gorengan, bukan karena lonjakan laba.

Catatan:

  • Kenaikan harga seperti ini biasanya digerakkan oleh pihak tertentu (operator) di saham berkapitalisasi kecil.
  • Risiko koreksi/pantulan tajam sangat besar.

8. DIVIDENh2

Panel menunjukkan angka “Deviden 50,00” dari sumber IPOT, namun di key stats terbaru kolom Dividend dan Dividend History kosong. Artinya:

  • Kemungkinan dividen tidak rutin atau sekali waktu di masa lalu.
  • Dengan kondisi masih rugi dan CFO negatif, tidak realistis mengharapkan dividen berkelanjutan.

Untuk kehati-hatian, jangan beli MINA dengan asumsi akan dapat dividen.


9. RISK ASSESSMENTh2

9.1 Risiko Utamah3

  1. Fundamental Lemah (Rugi Berkepanjangan)

    • Net income TTM: -Rp 7 miliar.
    • Tidak ada bukti profit berkelanjutan.
  2. Valuasi Sangat Mahal

    • PBV 10x, P/S 270x, PER negatif.
    • Harga saat ini hampir murni cerminan spekulasi, bukan nilai intrinsik.
  3. Saham Gorengan / Operator Risk

    • Kenaikan harga ratusan persen tanpa dukungan laba.
    • Likuiditas tinggi tapi pergerakan bisa tajam 1 hari.
  4. Kualitas Laba & Transparansi

    • Bisnis kecil, emiten papan pemantauan khusus, risiko tata kelola lebih tinggi.
  5. Risiko Likuiditas Aset

    • Sebagian besar nilai perusahaan ada di land bank / properti.
    • Butuh waktu & kondisi pasar baik untuk direalisasi menjadi cash.

9.2 Risiko Tambahanh3

  • Pariwisata: Ketergantungan pada Bali & sektor wisata.
  • Suku bunga & pembiayaan: Properti sensitif terhadap kondisi kredit.
  • Regulasi properti & pajak.

10. REKOMENDASI INVESTASIh2

10.1 Untuk Investor Fundamental / Jangka Panjangh3

Rekomendasi: AVOID

Alasan:

  • Perusahaan masih rugi dan arus kas operasi negatif.
  • Valuasi tidak masuk akal: PBV ~10x, P/S ~270x.
  • Tidak ada moat atau keunggulan kompetitif yang jelas.
  • Bisnis kecil, highly speculative.

Jika ingin eksposur ke sektor properti/hotel, jauh lebih baik memilih emiten lain dengan:

  • Laba positif,
  • PBV wajar ( 2x),
  • Skala bisnis besar & stabil.

10.2 Untuk Trader Spekulatifh3

Jika tetap ingin trading MINA:

  • Anggap ini murni trading gorengan, bukan investasi.
  • Gunakan ukuran posisi kecil (misalnya < 2–3% dari total portofolio).
  • Pasang stop loss ketat (contoh: -10% sampai -15%).
  • Jangan pakai uang yang tidak siap hilang.
  • Jangan berharap fundamental akan segera mengejar valuasi.

10.3 Level Hargah3

Karena valuasi sekarang sudah sangat jauh dari wajar, sulit menyebut “harga wajar” MINA. Secara konservatif:

  • Jika suatu saat MINA kembali ke PBV 1–2x dengan asumsi BVPS sekitar Rp 26–27:
    Range harga wajar fundamental hanya sekitar Rp 30–60.
  • Bandingkan dengan harga sekarang Rp 276:
    Potensi downside fundamental bisa >70–80% jika euforia hilang.

11. KESIMPULAN AKHIRh2

  1. MINA adalah saham properti/hotel kecil dengan aset di Bali & Boyolali.
  2. Bisnis masih merugi, arus kas operasi negatif.
  3. Utang rendah & kas besar → tidak bangkrut dalam waktu dekat.
  4. Valuasi sangat tidak masuk akal: PBV 10x, P/S 270x, PER negatif.
  5. Kenaikan harga 500%+ = gorengan/operator, bukan perbaikan fundamental.
  6. Investor jangka panjang / value investor sebaiknya AVOID.
  7. Kalau pun mau masuk, anggap saja trading kasino, bukan investasi – dan pakai uang yang siap hilang.

Bottom Line:

MINA saat ini lebih cocok disebut saham gorengan sektor properti daripada saham investasi berbasis fundamental.
Untuk investor yang mengutamakan keamanan modal dan pertumbuhan wajar, hindari MINA dan cari emiten lain yang lebih sehat secara laba, arus kas, dan valuasi.

Comments

Posts recommended based on similar topics and analysis focus